Skip to main content
How to raise a creative child?
Bagaimana cara membesarkan anak yang kreatif?

Senang ya bisa lihat anak kita berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Secara fisik dan emosional, anak dapat diukur perkembangannya. Tapi, pernahkan ayah bunda memaksakan kehendak kepada anak? Pokoknya harus gini, harus gitu, nanti gini dan nanti gitu. Anak terkadang menerima, terkadang menolak. Bagaimana perasaan ayah bunda ketika ia menurut? Puas dan senang dong.. artinya nih anak penurut banget, tapi hati-hati anak bisa-bisa cenderung tak punya kehendak sendiri dalam memecahkan  masalah. Wah, masa?
Bagaimana kalo anak menolak kehendak ayah bunda, wah nih anak udah mulai memberontak. Orangtuanya saja tidak didengarkan, gimana nantinya? Gawat. Bagaimana kalau sebenarnya penolakan adalah bagian dari proses pemecahan masalah yang sedang ia pikirkan? Anak tidak setuju dengan  keiinginan ayah bunda bukan berarti memberontak. Bagaimana cara kita tahu apa yang ia pikirikan ayah bunda?
Komunikasi efektif menjadi kuncinya. Biasakan memberikan anak pilihan sedari dini. Pada usia 2 tahun, anak sudah bisa memilih apa yang dia inginkan. Asalkan beri ia batasan pilihannya ayah bunda, ini berguna agar anak belajar bertanggung jawab dan sebagai awal tahapan pemecahan masalah. Ketika usia sekolah, usia dewasa, anak kita akan dihadapkan dengan tantangan yang memerlukan pemecahan masalah. Bagaimana untuk memecahkan permasalahannya itu ayah bunda? Jawabannya adalah kreativitas. Yuk, simak bagaimana cara membesarkan anak yang kreatif!
Menurut artikel yang berjudul “ How to Raise a Creative Child. Step One: Back Off”, yang ditulis oleh Adam Grant, profesor psikologi Universitas Pennsylvania, mengatakan, pertama, aturan di rumah. Keluarga yang memiliki sedikit aturan di rumahnya cenderung membentuk anak yang lebih kreatif. Contohnya jadwal membuat PR dan jadwal tidur. Dengan membatasi aturan di rumah, ayah bunda dapat memberikan kesempatan kepada anak agar berpikir untuk dirinya sendiri.
Kemudian, passion,ayah bunda pasti ingin anaknya sukses di pekerjaannya kelak, selain sukses, ayah bunda juga harus mengajak anak untuk menemukan “Joy of  work”. Berikan kebebasan anak untuk memmilih dan menemukan ketertarikannya terlebih dahulu. Ketika anak antusias dalam melakukan satu bidang, dukunglah!
Quotes “Love is a better teacher than sense of duty”-Einstein
Ketika Einstein didaftarkan les biola pada usia 5 tahun, ia tidak tertarik. Kecintaannya terhadap musik malah berkembang saat ia remaja, ketika ia berhenti belajar dan mendengarkan sonata Mozart.
Berikut, empat kegiatan yang dapat meningkatkan kreativitas anak.
1.      Kurangi stress
2.      Belajar dari kegagalan
3.      Bermain
4.      Kesempatan untuk menemukan dan membuat
Quotes “You can’t program a child to become creative.Try to engineer a certain kind of succes, and the best you’ll get is an ambitious robot. If you want your children to bring original ideas into the world, you need to let them pursue their passions, not yours”


Sumber: 
Adam Grant Profesor Manajemen dan Psikologi-Universitas Pennsylvania “How to Raise a Creative Child. Step One: Back Off”, http://mobile.nytimes.com
Melissa Taylor “How to Raise a Creative Child” http://parenting.com

i

Comments

  1. Duh Teh. Jadi kabita pengen punya anak. Eh suaminy dulu ketang..hehe..

    ReplyDelete
  2. Sok atuh... didoakan cepet ketwmu jodohnya. Amin. 😊

    ReplyDelete
  3. Setujuuuu
    Cita2 aku mah pgn biarin ndo milih apa yg dia maau. G mau interupsi

    Tp citaaa2 weh smoga bisa wnkwkw

    ReplyDelete
  4. Setujuuuu
    Cita2 aku mah pgn biarin ndo milih apa yg dia maau. G mau interupsi

    Tp citaaa2 weh smoga bisa wnkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin. Kayaknya ortu Semarang mah udah lebih open-minded dalam pengasuhan anak, lebih kreatif juga ngasih pilihan mereka. Somehow, anak-anak sekarang dimanjain banget Sama kegiatan yg bisa menstimulasi mereka. Semoga ortu jeli yaa.. lihat potensi anak. Amin.

      Delete
  5. kreatifitas bakal muncul karena pengkondisian. begitu tampaknya ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama aja kaya sekolah sih, sepertinya. Repetisi dan konsistensi (tanggung jawab ortu) yang terpenting, setelah itu berikan mereka tanggung jawab akan pilihannya Dan ruang until mencipta. 😉

      Delete
  6. Anakku malah udah pinter, pinter boong. Ya harus sering sering dikasih tahu mana bener mana boong. :)

    ReplyDelete
  7. anak aku juga udah mulai bisa mainin mamaahnya, kalau disuruh ambil A, eh malah cari-cari yang lain padahal udah tau yang mana..

    kalo kejadian jatoh, ada yang nakal disekolah, dikasih apa sama orang dll, selalu aku cek lagi ke yang ngasuhnya, apa dia boong apa gak.. sejauh ini, dia aman sih kalo masalah boong-boongan.huhuhu....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Guru PAUD Zaman Now di masa #dirumahaja

Pandemik covid-19 telah berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satunya pada dunia pendidikan. Kejadian ditetapkannya Indonesia sebagai salah satu negara terdampak covid-19, meresahkan orangtua murid dan orang yang berada di ruang-ruang publik. Betapa tidak, di hari kedua ditetapkannya pandemik Covid-19, orangtua yang mengantarkan siswa-siswi ke sekolah di pagi hari, pada siang hari sebelum pembelajaran berakhir, sudah berdatangan untuk menjemput anak, karena keresahan akan adanya paparan pada virus covid-19. Saat itu, sebagai bagian dari manajemen sekolah PAUD, penulis memiliki tanggungjawab beserta tim pengelola PAUD untuk mengelola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Apa saja kendala yang timbul pada saat perencanaan Pembelajaran Jarak Jauh di PAUD? Pertama, kesiapan guru sebagai Porte-Parole (baca: juru bicara) saat penyampaian materi pembelajaran dan juga memastikan bahwa anak dapat berkegiatan di rumah dalam keadaan optimal kepada orangtua yang secara tidak l

TIPS MENJAGA PERSAHABATAN DI GROUP WA

Angkat tangan yang punya minimal 10 group WA?  Lebih dari 10? Horror ga sih, ketika isi pesan yang ga kebaca melebihi 200 chat lebih, saat kita buka di pagi hari.. Terlebih saat HP kita matikan untuk dicharge. Betul. Masalah arus informasi melalui group WA ini menjadi, masalah kesehatan juga loh... Baperan, merasa di-bully (mungkin kalau orangnya yang perasa banget).. Dan terlebih.. Kadang informasi yang disampaikan bertele-tele dan tak berguna atau berita bohong (Hoax). Saya ikut beberapa group WA, diantaranya: 1. keluarga/ alumni: group arisan keluarga (udah keluar ternyata malah jadi sumber perpecahan antar keluarga), alumni bahasa Prancis 2005, group alumni SMP (udah keluar, pusing banyak hoaxnya, plus hanya dibuat saat mau reuni aja) 2. Sekolah: group guru umum, group guru khusus, group manajemen, group koordinasi, dan group kelas anakku 3. Pengembangan diri: group komunitas guru, group komunitas menulis, group kuliah angkatan 2015, angkatan 2016, angk

Trik Mamah Mengelola Stres saat #dirumahaja part #2

“Saat kau menerima dirimu dan berdamai dengan itu. Kau menari dengan waktu, tanpa ragu yang membelenggu” (Taifun- Barasuara) Sambil nyanyi, sambil mempertanyakan.. The New Normal, apa ya maksudnya? Siap ga siap mesti siap... kadang kita mesti dihadapkan pada hanya dua pilihan, ngikut aturan yang ada, ya atau tidak. Percaya keduanya ada konsekuensi. New normal yang akan segera diberlakukan pemerintah merespon penyebaran covid-19 dan juga jeritan kebutuhan mamak-mamak nyiapin kebutuhan keluarga dan manage keuangan semasa covid, dua bulan lebih yang lalu.. lumayan ya menguras tabungan, dan membuat beberapa rencana, termasuk penyusunan skripsi dan rencana lulus semester ini, agak samar-samar. Acceptance, menerima keadaan dan adapt, neradaptasi dengan new normal adalah posisi tawar termasuk akal saat ini. Well, ini dia titipan beberapa trik yang akan tinaafandi sampaikan dijudu kedua masih dengan trik mengelola stres, baik masih berkerja dirumah aja, atau nantinya dikombinannsikan bekerja d