Bapak, Saya, Si Bungsu dan Usia 30
Coba kalau dulu bapak selalu memberikan uang jajan yang cukup, mungkin saya sekarang tidak akan menjadi pekerja keras dan mandiri
Coba kalau dulu bapak selalu memberikan uang jajan yang cukup, mungkin saya sekarang tidak akan menjadi pekerja keras dan mandiri
Coba kalau dulu bapak
mengajak saya daftar kuliah dan memberi uang lebih untuk bayar kuliah, mungkin
saya tidak akan menghargai ilmu yang saya dapat
Coba kalau dulu bapak dan
mamah masih berjualan di pasar dan sukses, mungkin saya tidak akan dibesarkan
dengan harus menunggu warung, berjualan keripik singkong di kantin sekolah dan
menjadi sales ke warung-warung se-RW, mungkin saya gengsi berjualan bala-bala
di kampus, di awal masa kuliah.
Coba kalau bapak
lulusan S1 dan tahu bahwa membuat skripi dan tugas kuliah itu butuh komputer,
mungkin saya tidak akan menabung dan menyelesaikan skripsi secepatnya sebelum
komputer pentium 3 itu, pingsan kena virus.
Sempat saya benci.
Kenapa, saya lahir di keluarga bapak. Saya ingin minta Tuhan pindahkan saya ke
keluarga yang lain, yang mampu, yang kaya dan yang bisa memenuhi kebutuhan
anak-anaknya, Tuhan. Saya miskin...
Tapi setelah semester
4, saya baru menyadari, ketika bapak terkena serangan jantung. Tuhan, saya
belum bisa membalas jasa beliau. Saya belum menjadi putri kebanggaan beliau.
Jangan panggil bapak dulu, sebelum bapak lihat saya wisuda, Tuhan. Ketika hari
itu tiba, bapak dengan baju batiknya, hadir di acara wisuda saya, dengan mobil yang
saya sewa dari tetangga, bapak dengan bangganya menyaksikan saya diwisuda, dari
bawah saya melambaikan tangan ke arahnya di atas. Bapak membalas. Sesaat saya
menitikkan air mata. Saya merasa sudah sedikit mengurangi beban bapak selama
ini. Saya merasa bapak senang dengan lulusnya saya. Setelah acara selesai kami
menuju studio foto di cimahi. Bapak dengan bangganya mengenalkan saya kepada
temannya yang anaknya kuliah di tempat yang sama dan baru saja diwisuda.
Setelah wisuda, bapak
selalu memberikan ruang dan waktu lebih buat saya untuk berkreatifitas. Beliau
tahu, anak bungsunya ini suka menyendiri tenggelam dalam buku, dalam pemikiran,
dan dalam rencana-rencana. Saya selalu berkomunikasi dengan bapak tentang apa
yang saya ingin kerjakan. Beliau selalu menjadi teman diskusi terbaik saya.
Bapak selalu mendengarkan rencana-rencana besar saya. Meski beliau hanya
lulusan kelas 2 SD, tetapi pemilkiran beliau terbuka. Luas dan tak berbatas.
Beliau memiliki
pemikiran yang jauh ke depan, saat
beliau menceritakan awal pertemuannya dengan mamah, umur berapa beliau ingin
punya anak, kapan beliau akan terbebas dari anak-anaknya nanti ketika dewasa,
dan keteguhan hati beliau dalam merawat ibundanya yang sakit hingga
meninggalkan beliau untuk selama-lamanya.
Bapak adalah anak yatim,
semenjak 6 bulan dalam kandungan. Ayah beliau meninggal dan tak sempat bertemu
dengannya, si bungsu. Bapak memiliki 3 saudara, satu perempuan dan dua
laki-laki. Bapak sudah berjualan semenjak beliau berumur 7 tahun, dengan
menbawa barang dagangan dari kampungnya di Randu Kurung yang sekarang menjadi
Paku Haji Kabupaten Bandung Barat, menuju stasiun Gado Bangkong yang nantinya
beliau akan jual ke pasar Ciroyom. Berdagang adalah usaha beliau sampai
sekarang.
Bapak, sekarang anak bungsu bapak ini sudah berumur 30 tahun.
Sedang mengandung anak keduanya, semoga si jabang bayi ini kelak mewarisi sifat
bapak, kakeknya. Pekerja keras, mandiri, cerdas dan soleh. Bapak, selama 30
tahun ini, anak bungsu bapak belum bisa membalas semua jasamu, bapak. Ya Allah,
izinkan bapak berhaji dengan mamah, berikan rezeki kepada keluarga kami. Ya
Allah panggilah mereka berdua ke rumahmu ya Allah.
Saya berhenti mengingat
kelahiran saya sebagai tanggal saya. Hari saya. Karena sesungguhnya, hari lahir
saya adalah tanggal mereka, hari mereka, harapan mereka, masa depan mereka dan
saya adalah mereka. Meskipun ketika tumbuh, mereka tidak pernah memaksakan
kehendak mereka.
Selamat mengulang tahun
untuk saya, terima kasih bapak dan mamah sudah membesarkan saya hingga
sekarang. Terima kasih untuk setiap doa di setiap waktu, terima kasih untuk setiap
tetesan keringat, tetesan air mata dan lelahmu. Saya tidak akan pernah bisa
membalas semua itu. Terima kasih untuk semua pelajaran berharga yang telah
bapak berikan kepada saya. Maafkan saya, yang selalu tidak menurut, selalu
keras kepala dan selalu membuat kalian khawatir.
Thank you, father.
I love you.Youāre my
hero.
Happy birthday to me!
:)
Comments
Post a Comment