Skip to main content

Parenting: Early Literacy for Kids (2)

Menulis nama

Setelah postingan minggu lalu tentang literasi untuk anak. Sekarang kita kerucutkan lagi ke teknis cara berlatih menulis nama. Tulisan ini,  jawaban untuk salah satu orang tua murid yang berkonsultasi dengan saya, sebagai guru dan psikolog anak ketika Parents Teacher Meeting (PTM). Kasusnya, saya mengajar di level Pre-school/Nursery atau 3-4 tahun. Persiapan menuju K-1. Ibu siswa saya menanyakan apakah anaknya dapat mengikuti kelas, bagaimana di kelas, dan pertanyaan lainnya. Hingga pertanyaan tentang Time Out dan menulis nama.
Mom: Miss, kok  anak saya belom bisa nulis namanya sendiri ya?
Saya: Begini mom, untuk ******, memang masih menebalkan huruf saja, kami, saya dan asisten saya, selalu mengajak ****** untuk melatih menebalkan hhuruf dan mengenalkan huruf.
Mom: Iya Miss, saya juga di rumah nyiapin namanya di-print, banyak, tapi kok dia ga mau ya?
Psikolog: Bagaimana mommy membuat tulisannya? Seberapa besar?
Mom: saya print selembar itu banyak namanya. Tetep ga mau.
Psikolog: Kemungkinan tulisan yang dibuat mommy terlalu kecil, jadi anak malas melakukannya.

Setelah pertemuan itu, saya kemudian Googling, seperti yang selalu dilakukan siapapun ketika memiliki pertanyaan dan ga tahu harus nanya ke siapa. Akhirnya saya menemukan refererensi kegiatan menyenangkan, sesuai usia anak dan DIY project juga. Yuk simak bagaimana cara membuatnya, memperkenalkan kepada anak dengan cara yang menyenangkan dan sesuai umur mereka. Voila!

1.       One Full Page Activity
Kebetulan si sulung  belum mulai mengerjakan kegiatan ini, saya berencana mengajak si sulung melakukannya ketika masuk K-1 atau TK A nanti. Karena, kemampuan motorik kasar si sulung belum matang, jadi tidak saya paksakan untuk mulai ke motorik halus salh satunya memegang pensil, kecuali dia yang memintanya sendiri, seperti mewarnai dan menggambar.
Setelah penelusuran-penelusuran random, ditemukanlah ide ini di salah satu situs favorit saya, pinterest. Ini dia kegiatan satu halaman penuh untuk menulis nama.
  


Sumber: Pinterest


2.       Customize Nametag
Saat itu saya uji coba di kelas, dengan menyiapkan nama masing-masing anak yang dicetak kemudian dilaminating, sehingga anak bisa menebalkan kemudian menghapusnya. Setelah beberapa kali pertemuan anak mulai menebalkan huruf yang lebih kecil, hingga ke ukuran sesungguhnya. Cara pembuatannya ada dua: satu bisa melalui situs online (sumber) dan unduh font Dotted Letters.



Sumber: Dokumen penulis

Kegiatannya, setelah anak diperkenalkan huruf-huruf namanya, anak diajak untuk menebalkan. Biasanya saya akan memberian reward berupa bintang kecil di sebelah namanya. Mereka biasanya senang dan semangat untuk mengerjakannya di lain waktu. Yuk, boleh coba di rumah.. Jangan lupa share ya!


Nantikan kegiatan menarik lainnya!

Comments

  1. Anakku usia 4 thn belum kenal huruf hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dicoba mbak.. Kegiatan yang banyan bergerak duly deh. Dipostingan yang pertama. 😀

      Delete
  2. Oooh yayaaaa boleh dicoba
    Inshaa Allah 5 tahun lagi aksi nyatanya 😂

    ReplyDelete
  3. Mau ikutan sharing..

    Anak saya 4 tahun, di TK nya sudah mulai pengenalan huruf pake lagu dan dikenalin nama masing2 dengan dikasih name tag sederhana di baju mereka. Sekarng menulis nama sendiri sudah bisa dan suka tebak2 huruf kalo dijalan.

    (Di)baca(in) buku juga cukup teratur tiap hari. Tapi bukunya bergambar. Sekalinya dibacain yg ga ada gambarnya dia protes "ibu kelamaan" 😒

    Saya ga ada target untuk dia buru2 bisa calistung sih, tapi khawatir kalo nantinya later is an mau baca buku yg bergambar aja

    -Tatat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya udah on track banget nih pengenalan literasinya... Salut!

      Saya temasuk guru TK yang ga pro anak harus bisa calistung sebelum ke SD.Kalau pengenalan saja boleh. Artinya ga dipaksakan, sesuai dengan kemampuan anak aja.

      (Berkaca dari banyaknya ortu yang curhat anaknya takut ga bisa ngikutin pelajaran.. Haduh gimana ya?)

      Menurut Saya nih, selama tumbuh kembang anak lancar, ga ada masukan dari guru, kalau anak harus terapi ini Itu, berarti ya belum aja.

      Ketika ortu menyerahkan Segala sesuatunya ke guru (sambil tetep update juga ya), aman sih..

      Buku yang dibacakan harus bertahap sih menurutku.. Mulai yang bergambar banyak sampai cuma gambar ilustrasi kecil aja.

      Lebih ke storytelling deh aku sarankan (simulasi imajinasi anak) ajak dia menceritakan kembali buku favoritnya.

      Good luck!

      Delete
    2. Sepertinya udah on track banget nih pengenalan literasinya... Salut!

      Saya temasuk guru TK yang ga pro anak harus bisa calistung sebelum ke SD.Kalau pengenalan saja boleh. Artinya ga dipaksakan, sesuai dengan kemampuan anak aja.

      (Berkaca dari banyaknya ortu yang curhat anaknya takut ga bisa ngikutin pelajaran.. Haduh gimana ya?)

      Menurut Saya nih, selama tumbuh kembang anak lancar, ga ada masukan dari guru, kalau anak harus terapi ini Itu, berarti ya belum aja.

      Ketika ortu menyerahkan Segala sesuatunya ke guru (sambil tetep update juga ya), aman sih..

      Buku yang dibacakan harus bertahap sih menurutku.. Mulai yang bergambar banyak sampai cuma gambar ilustrasi kecil aja.

      Lebih ke storytelling deh aku sarankan (simulasi imajinasi anak) ajak dia menceritakan kembali buku favoritnya.

      Good luck!

      Delete
  4. Ah..story telling ini masih PR bgt buat anak saya. Kalo pas diminta ceritain kembali isi buku, dia suka ngeles..haha..Tapi kalo pas ga diminta malah suka cerita. Makasih saran2nya 😊
    Tatat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anytime. Biasa anak mah gitu. Kalau dia sedang happy langsung ceriwis ya.. Ya nyanyi, ya nari, ya cerita.

      Semoga selalu diberikan waktu untuk menyaksikan momen-momen tersebut ya..

      Delete
    2. Anytime. Biasa anak mah gitu. Kalau dia sedang happy langsung ceriwis ya.. Ya nyanyi, ya nari, ya cerita.

      Semoga selalu diberikan waktu untuk menyaksikan momen-momen tersebut ya..

      Delete
  5. Anak saya cowo saat tentang 3-4 tahun cepat sekali di ajari angka,huruf,ngaji. Sudah kenal dan bisa nulis. Tapi di usia 5 tahun, kemauan belajarnya turun,kemampuannya relatif stagnan.
    Tapi tambah ceriwis dan doyan cerita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga usah khawatir, anak-anak TK B yang memang cenderung sudah nyaman di sekolah, menunjukkan tanda-tanda ini.

      Bagus dong berarti berkembang kemampuan bahasanya..

      Saya pro kalau anak ceriwis dan doyan cerita. Berarti mereka banyak tahu.

      Semangat! PR lebih ke rutinitas dan rules aja.. Dikonsistenkan.

      Delete
  6. Ooh..bisa dipraktekin nih buat keponakan.. dan anak saya kelak..Aamin..hehehe..
    Thx infonya mbaa

    ReplyDelete
  7. Ooh..bisa dipraktekin nih buat keponakan.. dan anak saya kelak..Aamin..hehehe..
    Thx infonya mbaa

    ReplyDelete
  8. Waa~ Halo mba, salam kenal :)
    Anak saya cwo 2y2m, belum gitu akrab sama alat tulis, megang crayon/ pinsil warna masih di genggam, ditekan dan diurek2 xD
    Oiya mba, ada saran ga masuk playgroup/ paud atau langsung TK saja nanti ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal!

      Sepertinya umur 2-4 di play group/PAUD saja dulu.. Lebih banyak latihan motorik kasar.. Bund.

      Ga apa kok bun, anak umur 2 tahunan masih tahap sendirinya yang disimulasi (main dough, pasir) lebih kenalkan ke berbagai tekstur.

      Semangat bermain ya bunda dan ananda!

      Delete
  9. Kalau Arden sudah mulai akrab dengan bercerita. dia mulai ngerti kalau emak dan ayah bercerita. tapi belum begitu diajari huruf-huruf...

    Salam
    ardentusstory.com

    ReplyDelete
  10. Aku sih yes ya papa Arden, untuk sering bercerita ke anak. Sampai banget pesannya. Kalau mengenal simbol agar kelak mereka bisa baca sendiri, bukan begitu

    Optional papa Arden. Ga ada lebih awal lebih bagus, sesiapnya anak aja.



    ReplyDelete
  11. Aku sih yes ya papa Arden, untuk sering bercerita ke anak. Sampai banget pesannya. Kalau mengenal simbol agar kelak mereka bisa baca sendiri, bukan begitu

    Optional papa Arden. Ga ada lebih awal lebih bagus, sesiapnya anak aja.



    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Guru PAUD Zaman Now di masa #dirumahaja

Pandemik covid-19 telah berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satunya pada dunia pendidikan. Kejadian ditetapkannya Indonesia sebagai salah satu negara terdampak covid-19, meresahkan orangtua murid dan orang yang berada di ruang-ruang publik. Betapa tidak, di hari kedua ditetapkannya pandemik Covid-19, orangtua yang mengantarkan siswa-siswi ke sekolah di pagi hari, pada siang hari sebelum pembelajaran berakhir, sudah berdatangan untuk menjemput anak, karena keresahan akan adanya paparan pada virus covid-19. Saat itu, sebagai bagian dari manajemen sekolah PAUD, penulis memiliki tanggungjawab beserta tim pengelola PAUD untuk mengelola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Apa saja kendala yang timbul pada saat perencanaan Pembelajaran Jarak Jauh di PAUD? Pertama, kesiapan guru sebagai Porte-Parole (baca: juru bicara) saat penyampaian materi pembelajaran dan juga memastikan bahwa anak dapat berkegiatan di rumah dalam keadaan optimal kepada orangtua yang secara tidak l

Trik Mamah Mengelola Stres saat #dirumahaja part #2

“Saat kau menerima dirimu dan berdamai dengan itu. Kau menari dengan waktu, tanpa ragu yang membelenggu” (Taifun- Barasuara) Sambil nyanyi, sambil mempertanyakan.. The New Normal, apa ya maksudnya? Siap ga siap mesti siap... kadang kita mesti dihadapkan pada hanya dua pilihan, ngikut aturan yang ada, ya atau tidak. Percaya keduanya ada konsekuensi. New normal yang akan segera diberlakukan pemerintah merespon penyebaran covid-19 dan juga jeritan kebutuhan mamak-mamak nyiapin kebutuhan keluarga dan manage keuangan semasa covid, dua bulan lebih yang lalu.. lumayan ya menguras tabungan, dan membuat beberapa rencana, termasuk penyusunan skripsi dan rencana lulus semester ini, agak samar-samar. Acceptance, menerima keadaan dan adapt, neradaptasi dengan new normal adalah posisi tawar termasuk akal saat ini. Well, ini dia titipan beberapa trik yang akan tinaafandi sampaikan dijudu kedua masih dengan trik mengelola stres, baik masih berkerja dirumah aja, atau nantinya dikombinannsikan bekerja d

TIPS MENJAGA PERSAHABATAN DI GROUP WA

Angkat tangan yang punya minimal 10 group WA?  Lebih dari 10? Horror ga sih, ketika isi pesan yang ga kebaca melebihi 200 chat lebih, saat kita buka di pagi hari.. Terlebih saat HP kita matikan untuk dicharge. Betul. Masalah arus informasi melalui group WA ini menjadi, masalah kesehatan juga loh... Baperan, merasa di-bully (mungkin kalau orangnya yang perasa banget).. Dan terlebih.. Kadang informasi yang disampaikan bertele-tele dan tak berguna atau berita bohong (Hoax). Saya ikut beberapa group WA, diantaranya: 1. keluarga/ alumni: group arisan keluarga (udah keluar ternyata malah jadi sumber perpecahan antar keluarga), alumni bahasa Prancis 2005, group alumni SMP (udah keluar, pusing banyak hoaxnya, plus hanya dibuat saat mau reuni aja) 2. Sekolah: group guru umum, group guru khusus, group manajemen, group koordinasi, dan group kelas anakku 3. Pengembangan diri: group komunitas guru, group komunitas menulis, group kuliah angkatan 2015, angkatan 2016, angk