Skip to main content

Best Practices of Kindergarten in Malaysia






Tinaafandi belajar melulu.. ga capek bu?
Ga lahh...

Kebetulan belajarnya dibayari sekolah.. lumayan dapet sertifikat... Ga laaahh.. Tak sampai hati pun, tujuan belajarnya cuman sertifikat saja. Hati-hati lohh..moralitas Pendidikan yang semestinya kasih sayang, bisa berubah jadi  eksploitasi pendidikan. Eh gimana?.


Sesuai amanah dan harapan di Pembukaan seminar "Best Practices of Kindergarten in Malaysia". Eksploitasi Pendidikan dibagi menjadi tiga, tutur beliau, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Pertama, hati-hati perlakuan yang tidak sewajarnya kapada anak yang dianggap UNGGUL, dengan tidak melihat anak lainnya yang tidak unggul. Kedua, anak dijadikan sebagai objek iklan yang dibungkus sebagai bantuan dan terakhir demi mengumpulkan tropi dan penghargaan dari pihak lain. Naaahh.. boleh la ya sertifikat dapet banyak.. tapi esensi belajarnya, juga mesti dapet yaa..


Acara yang diadakan pada kamis, 26 September 2019, dipandu oleh bu Hani Yilindrasari, PhD. Lulusan University of Melbourne (S2) dan (S3) adalah dosen di PG PAUD UPI.


Sebelum masuk ke dalam materi, seperti biasa, Ada ice breaking dari panitia, seperti pada kegiatan bunda PAUD lainnya.. peserta dari Kanan, tengah Dan kiri diajak untuk menyuarakan alat Musik dan mengikuti lagu instrumen. Seru..


Lalu pemateri pun diundang ke atas panggung. Bapak Assoc Prof Dr. Nordin Bin Mamat, dari Universitas Pendidikan Sultan Indris Malaysia, sedang melakukan tridarma, sama seperti di Indonesia.. beliau selama 4 bulan berbagai Ilmu kepada mahasiswa S1, S2 di UPI juga pada khalayak umum. Bunda PAUD lebih tepatnya.

Pemaparan selama 1 jam Tak terasa, karena Prof menjelaskan materi sambil sesekali menyelipkan candaan. Naahh, apa saja yang beliau paparkan?

1. Alasan beliau ke Indo
2. Apa saja best practice kindergarten in Malaysia
3. Tes learning style


Nah.. tujuan penelitian mengenai Early Childhood Education ECE adalah salah satu misi beliau, pemaparan pertama Lulusan S2 Dan S3 University of Stratclyde Glasgow U.K. ini adalah seputar penelitian beliau. Fokus penelitian, pengumpulan data dan progres penelitian. Ada penjelasan mengenai Analisis SWOT Dan ERRC (Eliminate, Raise, Reduce and Create).


Kedua adalah tentang apa saja best practices of Kindergarten in Malaysia. Voila... Ini dia! Yang pertama adalah Environmental Savvy, anak diberikan kesempatan untuk belajar secara kongkret dengan membedakan tekstur melalui sentuhan langsung dengan alam. Kedua, Individuality, berarti anak diberikan kesempatan untuk membangun pemahamannya sendiri sebagai seorang individu. Ketiga, children need the challenge to be competent, buka hanya kita looh orang dewasa yang bosenan, anak-anak juga sama.. jika pembelajarannya itu itusaja, tidak menantang.. Keempat, Active learning, sederhananya bahasa 'bermain' yang ditonjolkan di PAUD memiliki istilah yang lebih ilmiah, Prof berpesan, sebutkan main dengan active learning. Ya bagaimana pun konteks bermain untuk awam, belum berterima. SEKOLAH BUKAN TEMPAT BERMAIN!
Kelima, 3 E yaitu, Exploring, Experiencing, and Experimenting. Artinya anak diajak untuk mengeksplorasi, melakukan dengan Cara merasakan dan yang terakhir mencoba. Best practices yang terakhir adalah learning comes from social interactions. Couldn't agree more. Karena inti pengetahuan adalah pemahaman, dimana ada interaksi, disitu titik krusial pembelajaran yang lainnya...

Waaahh, lumayan padat yaaa paparannya. Yang terakhir tinaafandi diajak untuk cek learning style Kita sebagai guru.. supaya Kita tahu learning style anak didik kita.
Ada beberapa tipe pembelajar. 3 yang umum, Visual, Auditory dan Kinestetik. Yap.. dalam tes terdapat pernyataan -peryataan yang mesti Kita skalaka. 1-4 Mana yang kita setujui jawabannya itulah learning style dominant Kita.
Hasilnya? Mayoritas Kita adalah pembelajar visual. Sedikit yang auditory D
dan Kinestetik. Eits, jika skalanya Ada 4. Satu lagi tipe apa dong? Dengan kata depan D, learning style ini disebut Digital/Rational learning style, ini biasanya Ada di pembelajar umur 30-an  yang sudah lebih rasional dan bijak. Walau hasilnya Tak 100% betul, lumayan laahh untuk coba-coba.

Hasil tinaafandi adalah 15 visual, 6 auditory, 10 Kinestetik dan 15 Digital. Hohoho..

Semoga pemaparan Kali ini berfaedah yaaa.. kurang dan kesalahannya adalah interpretasi saya..


Semoga bermanfaat.
 

Comments

Popular posts from this blog

TIPS MENJAGA PERSAHABATAN DI GROUP WA

Angkat tangan yang punya minimal 10 group WA?  Lebih dari 10? Horror ga sih, ketika isi pesan yang ga kebaca melebihi 200 chat lebih, saat kita buka di pagi hari.. Terlebih saat HP kita matikan untuk dicharge. Betul. Masalah arus informasi melalui group WA ini menjadi, masalah kesehatan juga loh... Baperan, merasa di-bully (mungkin kalau orangnya yang perasa banget).. Dan terlebih.. Kadang informasi yang disampaikan bertele-tele dan tak berguna atau berita bohong (Hoax). Saya ikut beberapa group WA, diantaranya: 1. keluarga/ alumni: group arisan keluarga (udah keluar ternyata malah jadi sumber perpecahan antar keluarga), alumni bahasa Prancis 2005, group alumni SMP (udah keluar, pusing banyak hoaxnya, plus hanya dibuat saat mau reuni aja) 2. Sekolah: group guru umum, group guru khusus, group manajemen, group koordinasi, dan group kelas anakku 3. Pengembangan diri: group komunitas guru, group komunitas menulis, group kuliah angkatan 2015, angkatan 2016, ...

Parenting: Early Literacy for Kids (2)

Menulis nama Setelah postingan minggu lalu tentang literasi untuk anak . Sekarang kita kerucutkan lagi ke teknis cara berlatih menulis nama. Tulisan ini,  jawaban untuk salah satu orang tua murid yang berkonsultasi dengan saya, sebagai guru dan psikolog anak ketika Parents Teacher Meeting ( PTM ). Kasusnya, saya mengajar di level Pre-school/Nursery atau 3-4 tahun. Persiapan menuju K-1. Ibu siswa saya menanyakan apakah anaknya dapat mengikuti kelas, bagaimana di kelas, dan pertanyaan lainnya. Hingga pertanyaan tentang Time Out dan menulis nama. Mom: Miss, kok  anak saya belom bisa nulis namanya sendiri ya? Saya: Begini mom, untuk ******, memang masih menebalkan huruf saja, kami, saya dan asisten saya, selalu mengajak ****** untuk melatih menebalkan hhuruf dan mengenalkan huruf. Mom: Iya Miss, saya juga di rumah nyiapin namanya di- print, banyak, tapi kok dia ga mau ya? Psikolog: Bagaimana mommy membuat tulisannya? Seberapa besar? Mom: saya print selembar ...

Bandung Readers Festival ada lagi.... Yes

Selama sepekan di bulan Desember 2022.. akhirnya yang tinaafandi tunggu, hadir kembali, meskipun dengan format yang sedikit berbeda ya.. yes Bandung Readers Festival berkolaborasi dengan patjamerah. Awalnya kami kepoin dulu nih medsosnya pajtarmerah dan tentunya Bandung Readers Festival, yang sempat kami ikuti sebelum pandemi, tentunya.. Kami mengunjungi kegiatan ini di dua hari terkahir yaitu Sabtu dan Minggu tanggal 10-11 Desember 2022, berlangsung di Universitas Katolik Parahyangan, Ciumbuleuit Bandung. Setelah rehat selama pandemi dan di acara terakhir kami (baca suami dan saya) mengikuti Bandung Readers festival, membahas seputar blog.. tentunya dinamika nge blog ala Bandung Readers festival .. buat tinaafandi seorang language enthusiast, hal hal yang berbau literasi, buku, dan turunan-turunannya Sangat ditunggu yaa.. Satu kata untuk kegiatan tahun ini, senang. Karena akhirnya tinaafandi bisa ketemu sama penulis dan ilustrator, Puty Puar  cek aja yaaa diblog pribadinya. Nah, i...