Skip to main content

Education: Wajibkah Anak Bisa Baca di Usia Dini?

Percakapan sore sepasang suami istri yang tahun ini memasukkan anak ke SD.

Papah: tapi gimana, tuh si kakak, kan belum bisa baca mah?
Mamah: iya.
Papah: gimana kata ibu gurunya?
Mamah: ( yang merasa gagal belum bisa mempersiapkan anak untuk masuk SD sudah bisa calistung)... Itu katanya kakak can't write sama can't read pah..
Papah: gimana dong?
Mamah: ibu guru bilang mau ada klinik baca pah, sepulang sekolah.
Papah: syukur atuh.

Percakapan demikian mungkin bisa terjadi di SD Swasta saja.. mungkin.. saya kurang tahu.. tapi, si mamah ini yang sudah kekeuh masukkin anak ke PAUD formal yang hanya memperkenalkan simbol huruf-angka dan sedikit pengenalan baca dengan metode baca yang ramah otak. Merasa sudah betul memasukkan anaknya ke PAUD tersebut.

Tapi kok yaaa tuntutan di SD tuh jomplang banget.. dengan PR, jam belajar yang dari jam 7:00-12:00 apa cukup? Si mamah ini pun menyadari di Usia yang pas untuk memasuki jenjang SD, Kakak masih belum peka untuk membaca.

Tuntutan sosial, saat teman sekelas kakak sudah bisa baca membuat mamah dan kakak semakin terdesak. Mamah hanya bisa berusaha mengikuti arahan ibu guru dan percaya pada apa yang dilakukan ibu guru.

1. Beli buku biru

Oke.. yang pertama, ibu guru menyarankan untuk membeli buku baca. Dengan metode mengeja huruf. Kok malah sekarang kakak lebih cepat belajar bacanya..  ternyata sebelum mengenalkan buku baca biru ini, ibu guru sudah mereview ulang hafalan simbol huruf kakak..

2. Pekerjaan Rumah Baca
Kegiatan harian ini favorit bonding mmah sama kakak, kenapa? Selain dealing memotivasi, "you and me against the world" banget laaahh.. mamah dengan dunia per-mamah-an dan kakak deng dunia per-kakak-an, dengan ketakutannya masing-masing. Kami saling menguatkan.. lewat pekerjaan rumah ini.

3. Klinik baca
Seperti jenis klinik lainnya, ibu guru mendiagnosis, apa yang terjadi pada anak didiknya? apa saja kesulitan anak didiknya saat membaca? Lalu ibu guru membimbing kakak untuk dapat membaca. Pengalaman dari siswa siswi sebelumnya, membutuhkan minimal 3 bulan untuk anak baru masuk SD setelah masuk klinik baca, bisa baca. Bismillah..

4. Konsistensi dan motivasi
Tak ada usaha yang  mengkhianati hasil. Pastinya, kuntji utama adalah konsistensi.. dan konteks kakak dalam belajar membaca, adalah motivasi. Sehabis kami menemukan kalimat yang berhasil kakak baca, kakak pun dengan ke-kreatif-an kakak mencari kata lain denga huruf vokal atau konsonan yang berbeda, dimodifikasi, dan kami pun menemukan kalimat lainnya.

Semoga itu langkah yang betul, mamah berharap demikian. Karena membaca adalah esensi belajar. Membaca adalah esensi hidup. Membaca adalah untuk belajar hidup di kemudian hari, ketika mungkin mamah dan papah sudah tak bisa mendampingi mereka lagi.

Comments

Popular posts from this blog

TIPS MENJAGA PERSAHABATAN DI GROUP WA

Angkat tangan yang punya minimal 10 group WA?  Lebih dari 10? Horror ga sih, ketika isi pesan yang ga kebaca melebihi 200 chat lebih, saat kita buka di pagi hari.. Terlebih saat HP kita matikan untuk dicharge. Betul. Masalah arus informasi melalui group WA ini menjadi, masalah kesehatan juga loh... Baperan, merasa di-bully (mungkin kalau orangnya yang perasa banget).. Dan terlebih.. Kadang informasi yang disampaikan bertele-tele dan tak berguna atau berita bohong (Hoax). Saya ikut beberapa group WA, diantaranya: 1. keluarga/ alumni: group arisan keluarga (udah keluar ternyata malah jadi sumber perpecahan antar keluarga), alumni bahasa Prancis 2005, group alumni SMP (udah keluar, pusing banyak hoaxnya, plus hanya dibuat saat mau reuni aja) 2. Sekolah: group guru umum, group guru khusus, group manajemen, group koordinasi, dan group kelas anakku 3. Pengembangan diri: group komunitas guru, group komunitas menulis, group kuliah angkatan 2015, angkatan 2016, ...

Parenting: Early Literacy for Kids (2)

Menulis nama Setelah postingan minggu lalu tentang literasi untuk anak . Sekarang kita kerucutkan lagi ke teknis cara berlatih menulis nama. Tulisan ini,  jawaban untuk salah satu orang tua murid yang berkonsultasi dengan saya, sebagai guru dan psikolog anak ketika Parents Teacher Meeting ( PTM ). Kasusnya, saya mengajar di level Pre-school/Nursery atau 3-4 tahun. Persiapan menuju K-1. Ibu siswa saya menanyakan apakah anaknya dapat mengikuti kelas, bagaimana di kelas, dan pertanyaan lainnya. Hingga pertanyaan tentang Time Out dan menulis nama. Mom: Miss, kok  anak saya belom bisa nulis namanya sendiri ya? Saya: Begini mom, untuk ******, memang masih menebalkan huruf saja, kami, saya dan asisten saya, selalu mengajak ****** untuk melatih menebalkan hhuruf dan mengenalkan huruf. Mom: Iya Miss, saya juga di rumah nyiapin namanya di- print, banyak, tapi kok dia ga mau ya? Psikolog: Bagaimana mommy membuat tulisannya? Seberapa besar? Mom: saya print selembar ...

Bandung Readers Festival ada lagi.... Yes

Selama sepekan di bulan Desember 2022.. akhirnya yang tinaafandi tunggu, hadir kembali, meskipun dengan format yang sedikit berbeda ya.. yes Bandung Readers Festival berkolaborasi dengan patjamerah. Awalnya kami kepoin dulu nih medsosnya pajtarmerah dan tentunya Bandung Readers Festival, yang sempat kami ikuti sebelum pandemi, tentunya.. Kami mengunjungi kegiatan ini di dua hari terkahir yaitu Sabtu dan Minggu tanggal 10-11 Desember 2022, berlangsung di Universitas Katolik Parahyangan, Ciumbuleuit Bandung. Setelah rehat selama pandemi dan di acara terakhir kami (baca suami dan saya) mengikuti Bandung Readers festival, membahas seputar blog.. tentunya dinamika nge blog ala Bandung Readers festival .. buat tinaafandi seorang language enthusiast, hal hal yang berbau literasi, buku, dan turunan-turunannya Sangat ditunggu yaa.. Satu kata untuk kegiatan tahun ini, senang. Karena akhirnya tinaafandi bisa ketemu sama penulis dan ilustrator, Puty Puar  cek aja yaaa diblog pribadinya. Nah, i...