Skip to main content

Education: Review Teachers Trip SD Inklusi Al Ghazali bersama Komunitas Guru Belajar (KGB) Bandung


Ia
Selasa, 9 Juli 2019, akhirnya bisa berkumpul mencari ilmu bareng-bareng ke SD Inklusi Al Ghazali yang berada di Jatinangor, lebih tepatnya di belakang pabrik Kahatek. Perjalan kami di mulai dari SD Gagas Ceria, dengan biaya yang alakadarnya dan seperti pada pertemuan-pertemuan Komunitas Guru Belajar Bandung (KGB Bandung) lainnya, wajib bawa makanan masing-masing, jadi biayanya hany untuk akomodasi.. Nah, di hari juga bertepatan dengan hari kedua Aang Jalu mulai sekolah di Daycare Assalaam, makanya agak telat sedikit, karena ada sesi peluk-cium-nangis ga mau ditinggal dulu.. Selain itu juga ban motor bocor, diakibatkaan oleh berat badan berlebih yaaa plus bawaan keperluan anak segambreng..  Mohon izin telat..

Oke cukup curhatnya.. mari kita mulai.. 

SD Inklusi Al Ghazali ini adalah sekolah yang menerapkan pembelajaran bermakna. Foundernya adalah ibu Widya, seorang former teacher, penulis buku dan ibu dari 3 anak. Apa sih yang terlintas dipikiran kita ketika mendengar kata inklusi? Pastinya layanan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK), semua jenis ABK dilayani di sekolah ini, kecuali tuna netra. (bahasan jenis ABK nanti yaaa) yuk fokus lagi.. oke satu kelas hanya menerima maksimal 12 anak walau pada kenyataannya tidak mencapai jumlah maksimal. Kelas di setting dalam satu ruangan yang sama hanya terpisah sekat. Kurikulum yang dibuat menggunakan kurikulum individu yang dikombinasikan dengan kurtilas. Founder berkesempatan untuk melakukan studi banding ke Sekolah Al Falah yang terkenal dengan metode BCCT dan mengambil teori-teori Neuroscience. Saat ini jumlah murid SD keseluruhan ada 30 orang. 

Sekolahnya bu Widya ini yang Pak Iwan, salah satu anggota KGB Bandung, sebutkan mirip dengan sekolah yang ada di Novel Toto chan, bedanya,Toto Chan belajarnya kan di gerbong.. Nah, kalau di SD inklusi Al Ghazali ini konsep ruangannya di sekat saja. Menarik ya? Kok bisa inklusi? Kok bisa ruangannya disekat aja? Kok bisa mengajar anak dengan sistem kurikulum individual? Jawabannya adalah ya bisa. Secara kurikulum ataupun sistem memang, founder pun mengakui belum sempurna, tetapi berusaha ikhlas, sabar dan istiqomah untuk mewujudkan generasi yang beradab. Alasan yang jleb banget untuk seorang tinaafandi mom.. 

Membuat sekolah untuk anaknya sendiri, asalan founder mendirikan SD Inklusi 
Kegelisahan berawal ketika founder yang saat itu masih mengajar, membawa anaknya ke sekolah agar bisa diasuh, namun banyak penolakan dari lingkungan, sekolah bukan tempat untuk membesarkan anak, hanya untuk mengajar. Jleb selanjutnya.. adalah ketika itu, founder yang merupakan istri salah satu dosen universitas islam swasta di Bandung mencoba mencari sekolah islami  yang cocok untuk anak-anaknya. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk membuat sekolah sendiri dengan guru yang mendidik bukan hanya mengajarkan, Idealis. Setuju dengan pernyataan ibu Widya, juga kegelisahan lulusan S1 pendidikan kok tidak memiliki wawasan untuk mendidik, semata hanya mengajar.. jleb jleb jleb ajaaa.. tinaafandi tak sanggup mengelak moms..
naha didieu mah ari budak nu teu hideng jadi hideng, ari nu hararideng jadi teu hideung? (baca: kenapa di sini anak yang tidak inisiatif jadi bisa, tapi yang tadinya bisa jadi ga inisiatif)
Saat ini SD Inklusi Al Ghazali memiliki kelas terkecil PAUD dan terbesar adalah kelas 6 SD, tahun depan rencananya akan membangun SMP. Waaahh.. sungguh inspiratif. Kenapa bisa gampang banget kaya gitu aja.. Nope, tentunya mesti berdarah-darah laa yaaa.. Salah satu kunci eksistensi sekolah ini adalah GURU-GURUnya, mengapa? betapa tidak, founder menerapkan sistem rekrutmen yang sedemikian rupa, sampai guru yang tinggal mengajar saat ini di sekolah adalah guru-guru yang lolos seleksi alam, dan satu hal, guru-guru di sekolah tersebut, WAJIB menyekolahkan anak-anaknya di sana. DAMBAAN... dan satu hal yang tinaafandi pelajari adalah MEMODELKAN. (kosakata per-Guru-an terbaru)
tak ada handphone selama kegiatan berlangsung, pemateri mengajak peserta maksimalkan potensi otak
Kenapa coba ga boleh buka-buka HP, karena untuk lebih fokus kepada anak-anak. Mengingat di sekolah SD inklusi ini, anak-anak normal disatukan dengan ABK. Maka konsentrasi penuh sangat dibutuhkan, dan kita harus mengoptimalkan potensi otak kita nih moms.. contohnya tinaafandi tidak diizinkan mengambil foto ataupun video, hanya mencatat.  ya. itu saja. 
terapkan 5 kontinum pendampingan 
Aturan adalah kunci lainnya dari SD Inklusi Al Ghazali. Aturan yang dimiliki untuk setiap pendidik dan tenaga kependidikannya adalah 5 kontinum pendampingan.  Apa sajakah itu?
1. Visually looking on
2. Non direct Statement
3. Question
4. Direct statement
5. Physical Intervention

Secara singkat, untuk setiap anak diberlakukan hal yang sama, baik normal maupun berkebutuhan khusus. yang pertama, guru wajib mengawasi, kemudian jika belum cukup kedua dapat menggunakan penyataan tidak langsung "teman-teman yang lain sudah berada di kelompoknya masing-masing, bagaimana dengan A?" jika masih belum mengikuti aturan, ketiga dengan bertanya, kemudian tingkatan yang paling tidak disarankan adalah no 4 dan 5. Reward dan Punishment, apakah diterapkan di sekolah ini? sederhana, reward tertinggi adalah "Alhamdulillah, A sudah berada di kelompoknya bersama ibu guru B.", punishment biasanya lebih pada kepekaan terhadap rasa malu dan atau membantu guru mendampingi teman ABK. Peraturan kelas yang diterapkan adalah fokus tuntas, sayang teman, tetap dalam kelompok, selesaikan masalah dengan berbicara dan berjalan di ruangan.
memodelkan, sebagai pembelajaran bermakna dengan High Thinking Order Skills 
Selaras dengan program pemerintah, SD Inklusi Al Ghazali pun menggunakan K-13 sebagai materi pembelajarannya, tetapi untuk pendekatannya menggunakan pencapaian seluruh aspek perkembangan. Kali ini ulasannya begitu teknis, sebagai pengetahuan saja.. saat membuat kurikulum di awal tahun, GURU diajak untuk membuat kurikulum individu dengan langkah:
1. Webbing perkembangan Individu
2. Webbing perkembangan Kelompok
3. Theme storming  (membangun hubungan kata)
4. Webbing tema 1 tahun
5. Webbing tema semester

dalam konteks memodelkan, bahkan, setiap pendidik, tenaga kependidikan dan juga anak didik di sekolah tersebut, menyantap menu yang telah dikonsultasikan kepada ahli gizi khusus. Setiap orang dapat sarapan, makan siang dan makan sore di sekolah dengan menu nasi merah, kurangi garam, mengganti gula putih dengan gula merah. Ciamik!

Ekspektasi tinaafandi terpenuhi? 80%, karena masih penasaran, mesti observasi lebih jauh lagi..
Masih penasaran dengan review lanjutan yang lebih teknis? 

Nantikan review lanjutannya ya!

Comments

Popular posts from this blog

TIPS MENJAGA PERSAHABATAN DI GROUP WA

Angkat tangan yang punya minimal 10 group WA?  Lebih dari 10? Horror ga sih, ketika isi pesan yang ga kebaca melebihi 200 chat lebih, saat kita buka di pagi hari.. Terlebih saat HP kita matikan untuk dicharge. Betul. Masalah arus informasi melalui group WA ini menjadi, masalah kesehatan juga loh... Baperan, merasa di-bully (mungkin kalau orangnya yang perasa banget).. Dan terlebih.. Kadang informasi yang disampaikan bertele-tele dan tak berguna atau berita bohong (Hoax). Saya ikut beberapa group WA, diantaranya: 1. keluarga/ alumni: group arisan keluarga (udah keluar ternyata malah jadi sumber perpecahan antar keluarga), alumni bahasa Prancis 2005, group alumni SMP (udah keluar, pusing banyak hoaxnya, plus hanya dibuat saat mau reuni aja) 2. Sekolah: group guru umum, group guru khusus, group manajemen, group koordinasi, dan group kelas anakku 3. Pengembangan diri: group komunitas guru, group komunitas menulis, group kuliah angkatan 2015, angkatan 2016, ...

Parenting: Early Literacy for Kids (2)

Menulis nama Setelah postingan minggu lalu tentang literasi untuk anak . Sekarang kita kerucutkan lagi ke teknis cara berlatih menulis nama. Tulisan ini,  jawaban untuk salah satu orang tua murid yang berkonsultasi dengan saya, sebagai guru dan psikolog anak ketika Parents Teacher Meeting ( PTM ). Kasusnya, saya mengajar di level Pre-school/Nursery atau 3-4 tahun. Persiapan menuju K-1. Ibu siswa saya menanyakan apakah anaknya dapat mengikuti kelas, bagaimana di kelas, dan pertanyaan lainnya. Hingga pertanyaan tentang Time Out dan menulis nama. Mom: Miss, kok  anak saya belom bisa nulis namanya sendiri ya? Saya: Begini mom, untuk ******, memang masih menebalkan huruf saja, kami, saya dan asisten saya, selalu mengajak ****** untuk melatih menebalkan hhuruf dan mengenalkan huruf. Mom: Iya Miss, saya juga di rumah nyiapin namanya di- print, banyak, tapi kok dia ga mau ya? Psikolog: Bagaimana mommy membuat tulisannya? Seberapa besar? Mom: saya print selembar ...

Bandung Readers Festival ada lagi.... Yes

Selama sepekan di bulan Desember 2022.. akhirnya yang tinaafandi tunggu, hadir kembali, meskipun dengan format yang sedikit berbeda ya.. yes Bandung Readers Festival berkolaborasi dengan patjamerah. Awalnya kami kepoin dulu nih medsosnya pajtarmerah dan tentunya Bandung Readers Festival, yang sempat kami ikuti sebelum pandemi, tentunya.. Kami mengunjungi kegiatan ini di dua hari terkahir yaitu Sabtu dan Minggu tanggal 10-11 Desember 2022, berlangsung di Universitas Katolik Parahyangan, Ciumbuleuit Bandung. Setelah rehat selama pandemi dan di acara terakhir kami (baca suami dan saya) mengikuti Bandung Readers festival, membahas seputar blog.. tentunya dinamika nge blog ala Bandung Readers festival .. buat tinaafandi seorang language enthusiast, hal hal yang berbau literasi, buku, dan turunan-turunannya Sangat ditunggu yaa.. Satu kata untuk kegiatan tahun ini, senang. Karena akhirnya tinaafandi bisa ketemu sama penulis dan ilustrator, Puty Puar  cek aja yaaa diblog pribadinya. Nah, i...