Skip to main content

Parenting: Literacy for Kids #5


Hi readers!! Mommies dan teachers yang mungkin mencari-cari ide penulisan kreatif untuk anak.. yuk mampir baca di sini sebentar. Perkenalkan saya tinaafandi, seorang guru TK dan ibu dari dua anak, teteh kelas 1 SD dan Dede masih daycare..

Sehari-harinya, tinaafandi mengajar di salah satu yayasan yang menaungi beberapa unit pendidikan dari Daycare, play group, TK, SD, SMP, MTs, SMA dan SMK, Saya mengajar bahasa Inggris.
Yupz.. pastinya readers kenal dan sempat memenuhi galeri foto dengan tangkapan layar lucu-lucu ala Pinterest.. sebagiannya sempat terrealisasikan menjadi media pembelajaran, kebanyakannya tersimpan begitu saja? Anyone?

Atau mungkin, bisa jadi tinaafandi kurang banyak baca referensi untuk mendukung ide-ide dari Pinterest itu.. huhuhu..
Setelah tulisan sebelumnya lahir (baca: literacy for kids #4), tinaafandi beruntung mendapatkan referensi buku yang ditulis oleh Naning Pranoto dengan judul "Penulisan Kreatif Untuk Anak -Kiat Dahsyat bagi Orang Tua dan Guru Memandu Anak Menulis", dari penerbit Tiga Serangkai Solo, tahun 2011.

Yuk simak apa saja sih modal yang dibutuhkan untuk anak menulis? Provost dalam Pranoto (2011: 2) menyebutkan  bahwa setiap orang bisa menulis dengan didukung banyak membaca. Setiap orang bisa membuktikannya dengan cara mulai asalkan mau berlatih menulis.

Modal yang diperlukan untuk menulis, khususnya penulisan kreatif, adalah sebagai berikut:
1. Penguasaan bahasa dan cara menulisnya yang dimaksud dengan bahasa dii sini adalah bahasa yang
dipergunakan untuk menulis.
2. Memiliki kosakata yang memadai.
3 Memiliki akar dan wawasan lingkungan serta kebudayaan dari objek yang ditulis
4. Kepekaan terhadap lingkungan sekitar untuk memahami segala yang ada.
5. Adanya daya imajinasi untuk berkreasi (mencipta).
6 Konsentrasi untuk menulis.
7.Menyediakan waktu khusus untuk menulis
8. Memang serious mau menulis
9. Disiplin berlatih menulis

Anak-anak, juga orang dewasa, yang punya kemampuan berbahasa di atas standar, akan lebih mendapat tempat
di masyarakat dibandingkan dengan mereka yang kurang mampu berbahasa.
Hal ini karena mereka yang punya kemampuan berbahasa di atas standar adalah mereka yang komunikatif, yaitu apa yang mereka katakan dipahami
oleh lingkungannya. Oleh karena itu, membekali anak dengan melatih berbahasa yang baik sangat perlu, seperti
halnya kita perlu memberi mereka makanan yang bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, serta mengajarkan agama dan etika untuk memperkukuh iman dan keteguhan moralnya.

Mengajarkan bahasa untuk bicara (lisan) dan bahasa untuk menulis (tertulis) sangatlah berbeda. Bahasa lisan tidak perlu kebenaran ejaan (spelling), adanya tanda baca (punctuation mark), dan tata bahasa standar baku (grammar).  Sedangkan, bahasa tertulis harus memenuhi kaidah-kaidah tersebut.

Kesimpulannya, mengajari anak menulis berarti juga mengajari mereka berbahasa dengan kaidah dan struktur yang benar. Dampaknya secara perlahan, tetapi pasti pengajaran ini membentuk anak mampu berpikir dan bertindak lebih terorganisasi dan efektif dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak tahu atau hanya sedikit dikenalkan pada hal tersebut.

Mulai dari mana dong?? Voila!

1. Balon-balon ide

Sebelum brainstorming ide.. ajak anak untuk melihat, membaca dan menikmati karya-karya tulisan seperti buku cerita, komik, kumpulan dongeng, buku kumpulan puisi majalah yang berisi artikel dan cerita, iklan atau display produk anak, lirik lagu anak, program TV dan film anak.

Galilah respon anak mengenai apa yang mereka lihat, baca dan nikmati. Hal tersebut yang disebut Pranoto sebagai  kondisi rileks untuk menyerap hal-hal yang menyenangkan, yang bisa merek jadikan inspirasi untuk menulis.

Puti Cheniza, seorang founder perpustakaan anak Pustakalana, sempat ditanya mengenai bagaimana buku anak yang menarik, oleh salah satu peserta Bandung Readers Festival, beberapa bulan lalu, ia menjawab, buku cerita itu mesti punya satu karakter kuat dan juga cerita yang relate sama anak. Nah.. terakhir ia tanyakan kembali kepada penanya tersebut.

Berapa banyak buku anak yang sudah anda baca?
100 judul buku?

Waahh.. ternyata untuk menulis Kita memang mesti banyak baca referensi Hal yang kita ingin tulis. Rasi Narika, penulis buku, seumpama book, mengungkapkan dalam membuat buku anak Kita memerlukan

"Riset untuk reset"

Tak bisa lebih terwakili dari segala hal yang telah diungkapkan di atas. Bahwa, menulis membutuhkan penggalian ide dan riset yang tak sebentar. Salah satu penulis kesukaan tinaafandi, yaitu Dee lestari tak main-main pada sesi riset ini sebelum ia menuliskan karya bukunya yang berjudul "Aroma Karsa".

Masih penasaran bahasan selanjutnya?
Nantikan kelanjutannya ya..
A little hint.. tinaafandi akan membahasa mengenai:
2. Biarkan mengalir seperti air
3. Langkah-langkah untuk kreatif
4. Memantapkan anak-anak untuk gemar menulis

Comments

Popular posts from this blog

TIPS MENJAGA PERSAHABATAN DI GROUP WA

Angkat tangan yang punya minimal 10 group WA?  Lebih dari 10? Horror ga sih, ketika isi pesan yang ga kebaca melebihi 200 chat lebih, saat kita buka di pagi hari.. Terlebih saat HP kita matikan untuk dicharge. Betul. Masalah arus informasi melalui group WA ini menjadi, masalah kesehatan juga loh... Baperan, merasa di-bully (mungkin kalau orangnya yang perasa banget).. Dan terlebih.. Kadang informasi yang disampaikan bertele-tele dan tak berguna atau berita bohong (Hoax). Saya ikut beberapa group WA, diantaranya: 1. keluarga/ alumni: group arisan keluarga (udah keluar ternyata malah jadi sumber perpecahan antar keluarga), alumni bahasa Prancis 2005, group alumni SMP (udah keluar, pusing banyak hoaxnya, plus hanya dibuat saat mau reuni aja) 2. Sekolah: group guru umum, group guru khusus, group manajemen, group koordinasi, dan group kelas anakku 3. Pengembangan diri: group komunitas guru, group komunitas menulis, group kuliah angkatan 2015, angkatan 2016, ...

Parenting: Early Literacy for Kids (2)

Menulis nama Setelah postingan minggu lalu tentang literasi untuk anak . Sekarang kita kerucutkan lagi ke teknis cara berlatih menulis nama. Tulisan ini,  jawaban untuk salah satu orang tua murid yang berkonsultasi dengan saya, sebagai guru dan psikolog anak ketika Parents Teacher Meeting ( PTM ). Kasusnya, saya mengajar di level Pre-school/Nursery atau 3-4 tahun. Persiapan menuju K-1. Ibu siswa saya menanyakan apakah anaknya dapat mengikuti kelas, bagaimana di kelas, dan pertanyaan lainnya. Hingga pertanyaan tentang Time Out dan menulis nama. Mom: Miss, kok  anak saya belom bisa nulis namanya sendiri ya? Saya: Begini mom, untuk ******, memang masih menebalkan huruf saja, kami, saya dan asisten saya, selalu mengajak ****** untuk melatih menebalkan hhuruf dan mengenalkan huruf. Mom: Iya Miss, saya juga di rumah nyiapin namanya di- print, banyak, tapi kok dia ga mau ya? Psikolog: Bagaimana mommy membuat tulisannya? Seberapa besar? Mom: saya print selembar ...

Bandung Readers Festival ada lagi.... Yes

Selama sepekan di bulan Desember 2022.. akhirnya yang tinaafandi tunggu, hadir kembali, meskipun dengan format yang sedikit berbeda ya.. yes Bandung Readers Festival berkolaborasi dengan patjamerah. Awalnya kami kepoin dulu nih medsosnya pajtarmerah dan tentunya Bandung Readers Festival, yang sempat kami ikuti sebelum pandemi, tentunya.. Kami mengunjungi kegiatan ini di dua hari terkahir yaitu Sabtu dan Minggu tanggal 10-11 Desember 2022, berlangsung di Universitas Katolik Parahyangan, Ciumbuleuit Bandung. Setelah rehat selama pandemi dan di acara terakhir kami (baca suami dan saya) mengikuti Bandung Readers festival, membahas seputar blog.. tentunya dinamika nge blog ala Bandung Readers festival .. buat tinaafandi seorang language enthusiast, hal hal yang berbau literasi, buku, dan turunan-turunannya Sangat ditunggu yaa.. Satu kata untuk kegiatan tahun ini, senang. Karena akhirnya tinaafandi bisa ketemu sama penulis dan ilustrator, Puty Puar  cek aja yaaa diblog pribadinya. Nah, i...