Skip to main content

Trik Mamah Mengelola Stres saat #dirumahaja part #2



“Saat kau menerima dirimu dan berdamai dengan itu. Kau menari dengan waktu, tanpa ragu yang membelenggu” (Taifun- Barasuara)

Sambil nyanyi, sambil mempertanyakan.. The New Normal, apa ya maksudnya?

Siap ga siap mesti siap... kadang kita mesti dihadapkan pada hanya dua pilihan, ngikut aturan yang ada, ya atau tidak. Percaya keduanya ada konsekuensi. New normal yang akan segera diberlakukan pemerintah merespon penyebaran covid-19 dan juga jeritan kebutuhan mamak-mamak nyiapin kebutuhan keluarga dan manage keuangan semasa covid, dua bulan lebih yang lalu.. lumayan ya menguras tabungan, dan membuat beberapa rencana, termasuk penyusunan skripsi dan rencana lulus semester ini, agak samar-samar.

Acceptance, menerima keadaan dan adapt, neradaptasi dengan new normal adalah posisi tawar termasuk akal saat ini. Well, ini dia titipan beberapa trik yang akan tinaafandi sampaikan dijudu kedua masih dengan trik mengelola stres, baik masih berkerja dirumah aja, atau nantinya dikombinannsikan bekerja di rumah dan kaang ke kantor atau juga full bekerja di kantor. 

Saat mengikuti Webinar Series Manage Your Stress “Emotional Stress Release” dan “Find Your New Direction” 13 -14 Mei 2020 bersama Ike R.  Sugiantoro, Psi. Founder www.DuniaPotentia.com, - @anahatapsikologi, tinaafandi bermaksud untuk mencoba mempraktekkan manajemen stres saat tinaafandi berkegiatan di  rumah aja, namun, ternyata kemampuan mengelola emosi ini bisa digunakan dalam kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan mamah bekerja. Ini dia sesi pertama dengan judul emotional stress release adalah kita diajak untuk mengidentifikasi stres yang kita hadapi. Tugas di hari pertaa setelah pemaparan teori oleh ibu Ike adalah dengan mengenali tanda-tanda stres yang ada di badan.


Nah, ketika kita sudah bisa mengidentifikasi stres kita, pemateri mengajak kita untuk mengerjakan suatu aktivitas aware akan tanda-tanda stres yang ada di diri kita, caranya dengan menanyakan ke diri sendiri, perlukah saya hindari (Avoid) ? atauu bisa saya ganti cara lain? (Alter), atau saya harus hadapi dan adaptasi dan menerima dengan makna baru (Adapt and Accept). Pandemi yang sedang terjadi, saat ini menawarkan kemungkinan tanpa batas di banyak lini kehidupan kita, sekolah, yang dapat beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh atau Belajar Dari Rumah (BDR) baik daring dan luring, membuka banyak kesempatan untuk guru berinovasi dan bereksperimen dengan kemampuan IT yang selama ini belum termanfaatkan dengan maksimal.

Nah, ini dia trik stres releasenya..
1. Stop bertindak keras keada diri sendiri. Terima dan izinkan diri kita untuk cemas, tidak produktif dan terus merenung,
2. Stop membandingkan diri sendiri dengan orang lain,
3. Stop memikirkan hal-hal yang di luar kontrol anda,
4. Stop ambil berita yang tidak jelas sumbernya,
5. Stop fokus pada yang hilang, fokuslah pada yang masih ada,
6. Stop mengandalkan diri sendiri, mulai andalkan Tuhan, utarakan dan percaya semuanya akan baik-baik saja.

Kemudian sudah kita identifikasikan sumber stres kita.. lantas? Yuk, temukan lagi life goals kita.. bu ike, mengajak kita untuk mengingat kembali mimpi-mimpi kita. Saat mengikuti training manajemen sekolah, akhir tahun lalu, saya belajar bagaimana menyusun goals lembaga, dan juga diri sendiri..  goals haruslah SMART.

Yuk baca dulu artikelnnya: Smart goals (sumber: https://www.akseleran.co.id)

Nah, goals itu harus Specific (S), Measurable (M), Achievable (A), Relevant (R) dan Timebound (T). Life goals harus spesifik atau khusus, lalu terukur, dibuatkan rencananya untuk mencapai tujuan yang kita khususkan. Kemudian dapat tercapai (achievable), tidak boleh terlalu mudah dan terlalu sulit juga. Selanjutnya adalah sesuai dan yang terkahir adalah adanya batasan waktu, kapan kita harus bisa mencapainya?


Mudah? Tentu saja tidak, hal yang bisa menjadi kendala kita mencapai tujuan hidup adalah adanya limiting beliefs, sedikit-sedikit sudah menilai diri, tidak bisa, tidak akan mampu. Yuk.. untuk lebih bersemangat, kita utarakan maksud kita “Selesai krisis ini, saya akan....” 

Selamat mencoba! Nantikan ulasan selanjutnya yaa, mengenai childhood trauma, waaahh apa hubungannya nih dengan stres? Ini dia yang tinaafandi tunggu-tunggu, sesi yang menguras air mata, capek.. dan setelahnya faham, kenapa selalu ada limiting beliefs dalam diri... 

Boleh baca dulu di artikel sebelumnya ya: trik mamak kelola stres #1

Comments

Popular posts from this blog

TIPS MENJAGA PERSAHABATAN DI GROUP WA

Angkat tangan yang punya minimal 10 group WA?  Lebih dari 10? Horror ga sih, ketika isi pesan yang ga kebaca melebihi 200 chat lebih, saat kita buka di pagi hari.. Terlebih saat HP kita matikan untuk dicharge. Betul. Masalah arus informasi melalui group WA ini menjadi, masalah kesehatan juga loh... Baperan, merasa di-bully (mungkin kalau orangnya yang perasa banget).. Dan terlebih.. Kadang informasi yang disampaikan bertele-tele dan tak berguna atau berita bohong (Hoax). Saya ikut beberapa group WA, diantaranya: 1. keluarga/ alumni: group arisan keluarga (udah keluar ternyata malah jadi sumber perpecahan antar keluarga), alumni bahasa Prancis 2005, group alumni SMP (udah keluar, pusing banyak hoaxnya, plus hanya dibuat saat mau reuni aja) 2. Sekolah: group guru umum, group guru khusus, group manajemen, group koordinasi, dan group kelas anakku 3. Pengembangan diri: group komunitas guru, group komunitas menulis, group kuliah angkatan 2015, angkatan 2016, ...

Parenting: Early Literacy for Kids (2)

Menulis nama Setelah postingan minggu lalu tentang literasi untuk anak . Sekarang kita kerucutkan lagi ke teknis cara berlatih menulis nama. Tulisan ini,  jawaban untuk salah satu orang tua murid yang berkonsultasi dengan saya, sebagai guru dan psikolog anak ketika Parents Teacher Meeting ( PTM ). Kasusnya, saya mengajar di level Pre-school/Nursery atau 3-4 tahun. Persiapan menuju K-1. Ibu siswa saya menanyakan apakah anaknya dapat mengikuti kelas, bagaimana di kelas, dan pertanyaan lainnya. Hingga pertanyaan tentang Time Out dan menulis nama. Mom: Miss, kok  anak saya belom bisa nulis namanya sendiri ya? Saya: Begini mom, untuk ******, memang masih menebalkan huruf saja, kami, saya dan asisten saya, selalu mengajak ****** untuk melatih menebalkan hhuruf dan mengenalkan huruf. Mom: Iya Miss, saya juga di rumah nyiapin namanya di- print, banyak, tapi kok dia ga mau ya? Psikolog: Bagaimana mommy membuat tulisannya? Seberapa besar? Mom: saya print selembar ...

Bandung Readers Festival ada lagi.... Yes

Selama sepekan di bulan Desember 2022.. akhirnya yang tinaafandi tunggu, hadir kembali, meskipun dengan format yang sedikit berbeda ya.. yes Bandung Readers Festival berkolaborasi dengan patjamerah. Awalnya kami kepoin dulu nih medsosnya pajtarmerah dan tentunya Bandung Readers Festival, yang sempat kami ikuti sebelum pandemi, tentunya.. Kami mengunjungi kegiatan ini di dua hari terkahir yaitu Sabtu dan Minggu tanggal 10-11 Desember 2022, berlangsung di Universitas Katolik Parahyangan, Ciumbuleuit Bandung. Setelah rehat selama pandemi dan di acara terakhir kami (baca suami dan saya) mengikuti Bandung Readers festival, membahas seputar blog.. tentunya dinamika nge blog ala Bandung Readers festival .. buat tinaafandi seorang language enthusiast, hal hal yang berbau literasi, buku, dan turunan-turunannya Sangat ditunggu yaa.. Satu kata untuk kegiatan tahun ini, senang. Karena akhirnya tinaafandi bisa ketemu sama penulis dan ilustrator, Puty Puar  cek aja yaaa diblog pribadinya. Nah, i...