Skip to main content

Packing List Mental Anak SD

Apakabar nih, moms..

Ayo siapa di sini yang sudah ambil laporan perkembangan si kecil?

Ya, betul sekali di akhir tahun seperti ini, saatnya si kecil beradaptasi dengan sekolah barunya, baik itu naik tingkat ke TK, Ke SD, atau level yang lebih tinggi.

Keresahan mamah papah yang mau siap-siap mengantarkan anak bersekolah sudah di mulai beberapa bulan lalu, daftar sekolah dengan sitem PPDB zonasi tuh, draining banget ya moms..

Nikmati prosesnya ya moms, karena Pendidikan di Indonesia kan ingin lebih maju nih... keadilan dan pemerataan pendidikan adalah hak setiap anak.. jadi memang agak berdarah-darah ya moms...

Well, karena tinaafandi masih mesti nunggu 6 tahun lagi nih untuk memasukan si sulung ke SMP.. Mudah-mudahan sistem PPDB nantinya lebih smooth ya moms..

naaahh, kali ini tinaafandi ingin mengulas sedikit mengenai persiapan anak menuju SD. Packing list ala tinaafandi adalah yang berbentu benda juga ga.. looh.. loohh? Ada anggapan maemasukan anak ke SD itu gampang ga ribet. Betul juga sih kalau sekedar menyiapkan perlengkapan sekolah saja. Seperti ATK, tas, sepatu, seragam dan perlengkapan lainnya. Lalu bagaimana kesiapan mental anak kita ya mom? Apa saja yang mesti kita persiapkan..

Yuk kita kenali packing list Mental apa saja yang mesti kita siapkan sebelum anak masuk SD:

1. Belajar menunggu giliran

Yess, di TK anak dipantik untuk memiliki kesiapan belajar (School readiness) seperti faham aturan dan kemandirian. Naaahh, ternyata belajar menunggu giliran ini adalah hal yang penting nih moms... Di mata kuliah, pernah dosen singgung mengenai urgensi keterampilan matematika untuk AUD.. lebih baik mana nih, pinter matematika atau pintar secara mental, mampu bergiliran dengan orang lain?
"Persiapan masuk SD perlu dilakukan agar masa sekolah ini tidak menyiksa anak. Menurut guru sekolah SD dan psikolog sekolah di Jerman, Alexandra Emrich, salah satu yang perlu dimiliki anak adalah ia belajar sabar dalam menunggu hingga gilirannya tiba. Dalam proses belajar, anak seringkali digilir dalam menjawab pertanyaan. Anak yang belum matang akan mengalami kesulitan. Anda perlu mengajari si 5 tahun kemandirian dalam menunggu gilirannya. Anda dapat mengajarkannya, misalnya, saat Anda dan anakl antre membayar belanjaan di pasar swalayan. Katakan padanya bahwa semua orang harus antre, dan orang yang sudah besar mesti mengikuti aturan ini."
baca selengkapnya: persiapan masuk SD

Setuju dong mom... dengan belajar mengatri penting untuk si kecil agar dapat mengembangkan kecerdasan emosinya. Hal ini penting dalam kesehariannya bersekolah di SD, yuk cek packing list mentalnya!

2. Kenali Tugas Perkembangan Anak

Percakapan lewat chat instant messenger sesama mommy tentang syarat anak masuk SD mesti bisa calistung itu adalah chat racun.

Bagaimana tidak, tinaafandi setuju jika anak tidak mesti sudah bisa calistung ketika masuk SD, karena tahap perkembangan dan kematangan anak itu beragam mom, tak usah khawatir jika anak belum bisa calistung ketika memasuki SD. Mengapa? ini dia alasannya..


"Lebih jelasnya, ketika akan masuk SD, anak diharapkan sudah memiliki beberapa kemampuan berikut: Mampu membedakan bentuk geometri (segitiga, segi empat, lingkaran, dll), Sudah bisa mengingat fakta ataupun detail, Mampu menyebutkan angka dan memahami konsep dasar bilangan, Sudah lancar menyebutkan huruf dan mengenali bentuk melalui bunyinya, Kemampuannya untuk mengikuti instruksi semakin baik, Sudah mampu memusatkan perhatian dalam rentang waktu sekitar 6 menit, Tak hanya mampu untuk berinteraksi secara aktif dengan teman sebaya, tetapi juga mampu berinteraksi dengan orang dewasa lain. Jadi, ia tak lagi takut atau malu bila berhadapan dengan orang dewasa yang ditemuinya, Mampu mengembangkan sikap kerja dan paham terhadap tugas dan kewajibannya, seperti mengerjakan PR. Belajar melalui bermain"

Baca selengkapnya: Kemampuan anak SD

Calistung memang boleh Diperkenalkan di usia dini, namun dengan pendekatan yang ramah otak dan tidak memaksakan.. Artinya tidak ada tuntutan wajib bisa. 👌

3.  Kenali dan Kuasai Tugas Perkembangan Orangtua

It's okay for not being okay. Jadi orangtua itu ga mudah.. Dengan banyak membaca referensi dan kematangan bertindak, setiap orangtua sebagai mitra untuk pendidikan anak. Ya, sudah waktunya nih kita kenalin tugas perkembangan kita.. Apa sajakah?

Suami dan istri sudah mencapai posisi yang lebih "tinggi" dalam pekerjaan atau karier mereka, sehingga memiliki kesibukan yang juga sangat padat. 

Baca selengkapnya :  tahap kehidupan 

Secara, kemampuan ekonomi, pasangan yang memiliki anak usia sekolah SD memiliki tingkat ekonomi yang lebih mapan, maka  membagi waktu di selamat kesibukan pasangan adalah tugas perkembangan orangtua. Tenang moms... Kenali dan miliki mitra sinergis pendidikan anak dengan bijak, dapat membantu proses pendidikan ananda.

4. Checklist Emosi Anak 6 Tahun

Ya, anak usia 6-7 th memiliki karakter unik nih mom.. Dimasa perkembangan emosinya. Identifikasi dan pahami yuk. Menurut buku "Keluarga Kita" karya Najeela Shihab, lengkap dibahas tahap perkembangan anak usia 0-12tahun.

yuk, simak!
- mulai menganggap persahabatan penting
- lebih santai menghadapi lelucon
- Khawatir tak disukai oranglain
- mudah tersinggung
- protes bahwa aturan keluarga tidak adil
- menyalahkan pihak lain atas kesalahannya sendiri
- menunjukan komitmen dan bisa dipercaya seperti tak mau telat masuk kelas
- mudah bekerja sama dan memberi perhatian pada orang dewasa
- senang jadi asisten guru di kelas dan dapat pengakuan atau perhatian Guru
- memilih teman dengan jenis kelamin yang sama
- menerima perbedaan tanpa berkelahi saat bermain bersama

Yaps.. Semoga packing list mental anak memamemasuki gerbang sekoah dasar (SD) kali ini bermanfaat yaa.. Yuk.. Mulai cek dengan pasangan! 

Comments

Popular posts from this blog

Guru PAUD Zaman Now di masa #dirumahaja

Pandemik covid-19 telah berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satunya pada dunia pendidikan. Kejadian ditetapkannya Indonesia sebagai salah satu negara terdampak covid-19, meresahkan orangtua murid dan orang yang berada di ruang-ruang publik. Betapa tidak, di hari kedua ditetapkannya pandemik Covid-19, orangtua yang mengantarkan siswa-siswi ke sekolah di pagi hari, pada siang hari sebelum pembelajaran berakhir, sudah berdatangan untuk menjemput anak, karena keresahan akan adanya paparan pada virus covid-19. Saat itu, sebagai bagian dari manajemen sekolah PAUD, penulis memiliki tanggungjawab beserta tim pengelola PAUD untuk mengelola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Apa saja kendala yang timbul pada saat perencanaan Pembelajaran Jarak Jauh di PAUD? Pertama, kesiapan guru sebagai Porte-Parole (baca: juru bicara) saat penyampaian materi pembelajaran dan juga memastikan bahwa anak dapat berkegiatan di rumah dalam keadaan optimal kepada orangtua yang secara tidak l

Trik Mamah Mengelola Stres saat #dirumahaja part #2

“Saat kau menerima dirimu dan berdamai dengan itu. Kau menari dengan waktu, tanpa ragu yang membelenggu” (Taifun- Barasuara) Sambil nyanyi, sambil mempertanyakan.. The New Normal, apa ya maksudnya? Siap ga siap mesti siap... kadang kita mesti dihadapkan pada hanya dua pilihan, ngikut aturan yang ada, ya atau tidak. Percaya keduanya ada konsekuensi. New normal yang akan segera diberlakukan pemerintah merespon penyebaran covid-19 dan juga jeritan kebutuhan mamak-mamak nyiapin kebutuhan keluarga dan manage keuangan semasa covid, dua bulan lebih yang lalu.. lumayan ya menguras tabungan, dan membuat beberapa rencana, termasuk penyusunan skripsi dan rencana lulus semester ini, agak samar-samar. Acceptance, menerima keadaan dan adapt, neradaptasi dengan new normal adalah posisi tawar termasuk akal saat ini. Well, ini dia titipan beberapa trik yang akan tinaafandi sampaikan dijudu kedua masih dengan trik mengelola stres, baik masih berkerja dirumah aja, atau nantinya dikombinannsikan bekerja d

TIPS MENJAGA PERSAHABATAN DI GROUP WA

Angkat tangan yang punya minimal 10 group WA?  Lebih dari 10? Horror ga sih, ketika isi pesan yang ga kebaca melebihi 200 chat lebih, saat kita buka di pagi hari.. Terlebih saat HP kita matikan untuk dicharge. Betul. Masalah arus informasi melalui group WA ini menjadi, masalah kesehatan juga loh... Baperan, merasa di-bully (mungkin kalau orangnya yang perasa banget).. Dan terlebih.. Kadang informasi yang disampaikan bertele-tele dan tak berguna atau berita bohong (Hoax). Saya ikut beberapa group WA, diantaranya: 1. keluarga/ alumni: group arisan keluarga (udah keluar ternyata malah jadi sumber perpecahan antar keluarga), alumni bahasa Prancis 2005, group alumni SMP (udah keluar, pusing banyak hoaxnya, plus hanya dibuat saat mau reuni aja) 2. Sekolah: group guru umum, group guru khusus, group manajemen, group koordinasi, dan group kelas anakku 3. Pengembangan diri: group komunitas guru, group komunitas menulis, group kuliah angkatan 2015, angkatan 2016, angk