Mommies, izinkan tinaafandi
menceritakan kenapa memilih profesi yang tinaafandi geluti hari ini di usia ke
33 tahun yaa.. Intinya jadi guru PAUD plus ibu rumahtangga dua anak itu, punya
banyak kesamaan.. semoga bisa menginspirasi momies dalam tumbuh kembang si
kecil.. meskipun, ga mesti jadi guru PAUD juga siiihh..
Mari kita mulai dari masa Kuliah
Kerja Nyata (KKN) program wajib kampus, dimana setiap mahasiswa dikelompokan
sebanyak 10 mahasiswa dan disebar di beberapa tempat untuk membuat kegiatan bertema.
Kebetulan nih, tinaafandi dan kelompok KKN mendapatkan tema āLingkunganā dan
satu kelompok lainnya di wilayah yang sama mendapatkan tema āPAUDā. Di situlah
pertama kalinya tinaafandi mengenal istilah Pendidikan Anak Usia Dini. Lucky us,
ibu pemilik rumah persewaan kelompok kami adalah bunda PAUD yang aktif banget. Itu
lah cikal bakal tinaafandi memilih profesi guru PAUD.
Tahun 2010, ketika tinaafandi
lulus S1 Pendidikan Bahasa Prancis, tinaafandi memilih untuk mengajar part time
di tempat kursus bahasa Inggris, yupz.. readers.. bahasa Prancis di Indonesia
memang agak kurang peminat, kalaupun ada yang meminati, biasanya kelas middle
up aja.. well, in that very time, tinaafandi mencoba mendapatkan banyak
pengalaman mengajar, dari mulai murid SD, SMP, SMA, SMK dan Umum (Mahasiswa,
ibu rumah tangga, pekerja atau calon mahasiswa) yang tertarik mempelajari
bahasa Prancis. It ends up with one question. I want to take part of a vision āmencerdaskan
kehidupan bangsaā as Indonesian Educational values. So, I decided to be a
volunteer teacher in a little PAUD RW around my neighborhood.
Saat itu, tinaafandi mengajar
selama 2 tahun, 2010-2011, masih part time jadi masih bisa mengajar sukarela
pagi hari di PAUD, akhirnya di tahun 2011, tinaafandi, serius terjun bebas ke
dunia PAUD dengan mengajar fulltime di salah satu international preschool di Bandung.
Dengan sedikit skill mengajar AUD dan keterampilan berbahasa inggris edisi
survival J,
tinaafandi, lolos tes ujian mengajar dengan full English. Betul kata dosen
Bahasa Inggrisku di kampus āTin, kamu akan bertahan dengan bahasa Inggris kamu,
bukan bahasa Prancisā ucapan adalah doāa. Merci Monsieur Dudung.. J
So, enough for
a-not-very-short-story.. ini dia 5 alasan kenapa āJADI GURU PAUD MILENIALS ITU
KECE BERATā
1.
Muda
Belia
Di usia berapa
sih kita, perempuan mulai tertarik dengan anak? Kasus tinaafandi agak telat yaa
readers, tinaafandi suka anak di usia 20-an. Maklum, tinaafandi tidak punya
adik, tidak punya referensi memperlakukan anak-anak seperti apa, sampai
keponakan-keponakan lahir satu per satu. Jujur mereka adalah subjek eksperimen
tinaafandi untuk mengenal anak-anak. J.
Lembaga PAUD biasanya menerima lulusan SMA yang suka anak dan mau mengajar
karena di 5 tahun terakhir profesi guru PAUD itu laris bak bala-bala. Alhasil,
banyak guru-guru PAUD akhirnya mesti berijazah S1. Well, keuntungannya ketika
kita kenal profesi apa yang ingin kita jalani di usia yang terbilang muda,
menuntut ilmu sesuai bidang pekerjaan menjadi motivasi tersendiri. Betul kaaann??
Mumpung muda, yuk kenali diri dan refleksikan diri kita ingin berkontribusi di
bidang apa nih, sebagai individu, sebagai manusia dan sebagai panggilan jiwa..
daleeemmm..
baca juga : anak teh nyebelin
2.
Adaptif
terhadap teknologi
Yupz, coba tanya
guru PAUD Milenials yang tidak punya medsos? Tidak bisa membuat Presentasi yang
menarik? Tidak terbuka dengan hal-hal baru? Sepertinya mayoritas guru PAUD
milenials itu adaptif terhadap teknologi. Jangan salah, murid PAUD yang kita
ajar saat ini adalah agen-agen perubah bangsa yang haus akan ilmu dan lebih
adaptif lagi terhadap teknologi.. jadi guru PAUD yang Kece parah itu, yang
melek teknologi dan dapat memanfaatkannya untuk pembelajaran. Feel relate?
baca juga: media pembelajaran AUD
3.
Guru,
diGUgu dan ditiRU
Familiar dengan
kalimat di atas? Ya.. guru dipandang sebagai profesi paket lengkap nih
readers.. tinaafandi menghayati peran sebagai guru adalah sosok pembelajar
ulung, sosok pelindung, pemberi contoh baik dan bijak. Guru PAUD Milenials yang
KECE parah juga seperti itu.. boleh jadi banyak hal yang belum kita pahami,
tetapi, ketika kita memutuskan menjadi guru, ada kode etik profesi yang mesti
kita jaga. Ada juga beberapa values yang kita selalu kedepankan.. stick with
it.. pemahaman tinaafandi mengenai guru bukan sekedar menyampaikan materi
pelajaran, tetapi juga mendidik anak dengan good attitude, good chacarter..
yang saat ini mulai luruh. Ini PR berjamaah nih.. wahai guru PAUD milenial yang
KECE parah!
baca juga: menjadi guru
4.
Kreator-Kreator
Muda
Setelah ikut
kuliah S1-PGPAUD, tinaafandi terbukakan pemikirannya akan pemanfaatan bahan
alam di sekitar sekolah, kearifan lokal setempat dalam mendesain PAUD dan juga
mengajar dengan limited resources.. Well, janganlah fasilitas pendidikan yang
minim menjadi alasan pembelajaran tidak menarik, monoton, dan.. tidak ramah
otak. Banyak pendekatan, model pembelajaran, metode pembelajaran, sumber dan
media yang dapat digunakan dengan tidak melulu berkiblat pada fasilitas
lengkap, mewah dan sepertinya sebuah janji akan pedidikan yang berkualitas,
tepat guna dan sukses. Well, tinaafandi justru ingin memantik Guru PAUD
Milenials yang KECE Parah di luar sana untuk memulai kreatifitasnya meracik
pembelajaran dengan sumber terbatas.. (waahh.. ini bisa jadi bab khusus ni
readers..) siap yang jadi kreator-kreator muda di bidang pendidikan?
baca juga : kreativitas
5.
Pembelajar
Sepanjang Hayat
Konteks guru
pembelajar adalah guru yang saat mengajar tahu kapan mesti menambah ilmunya
dengan membaca buku, jurnal, ikut seminar, pelatihan dan sampai ke melanjutkan
kuliah kembali di jurusan yang sesuai dengan bidangnya. Iya readers.. motto
tinaafandi mengenai guru pembelajar adalah guru yang siap belajar sepanjang
hayat. Tak terkecuali. Ketika seorang guru adalah guru pembelajar artinya ia
menempatkan dirinya sebagai pelaku dan peneliti (secara tidak langsung)
mengenai pembelajarannya selama di kelas. Ada satu jenis penelitian yang
disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK) duhh.. ini juga nanti dijelaskan lebih
lanjut deh..
baca juga : guru malas dan S1 PG PAUD Kelas Karyawan di Bandung
Sekian penjelasan
kenapa guru PAUD Milenials itu Kece Parah. Apakah ada juga nih, mommies di sini
yang juga berprofesi sebagai guru? Share yuk!
Comments
Post a Comment